top of page

Beksan: Aroma, Tarian & Olah Gerak

Updated: Feb 21

Makna dan rahasia yang mendalam dari tradisi Jawa, Beksan memberi pengalaman transformatif yang menghubungkan pikiran, tubuh, dan jiwa






Meskipun banyak yang baru memahami di zaman modern, praktek menjadi sejahtera jiwa, pikiran, dan raga (wellness) dengan melakukan berbagai aktivitas secara mindful adalah akar dari filosofi Jawa. Berbagai laku (ritual) mengajarkan masyarakat Jawa untuk selalu menyadari tujuan hidup manusia yang tak pernah lepas dari Ketuhanan dan Kesemestaan. Mindfulness ini juga diterjemahkan dalam lekuk dan gerakan para penari tradisional Jawa.


Tarian Jawa

Tampak sederhana, menari Jawa sebenarnya membutuhkan kontrol penuh atas berbagai otot dan sendi dalam tubuh. Gerakan dasar tari klasik Jawa, yang disebut sebagai rantaya, melatih bagaimana seorang penari membawa diri dengan mengatur lapis demi lapis pernapasan, kekuatan, keseimbangan, kelenturan, dan ritme.


Pernapasan

Ambil napas dalam-dalam, rasakan dan sadari bagaimana udara masuk dan keluar dari paru-paru. Saat menari, penari harus terus menyadari napas itu sebagai jangkar mindfulness dalam setiap gerakan.


Kekuatan

Rasakan bagaimana otot-otot tubuh merespon dan mengakomodasi setiap gerakan tari. Penari harus memegang kendali kekuatan otot saat mendek, saat lumaksana, saat ngrayung, dan gerakan lainnya sehingga tetap mengalir seperti air (mbanyu mili).


Keseimbangan

Penari selalu memperhatikan keselarasan tubuh, distribusi berat, kekuatan core, dan konsentrasi agar terus seimbang dalam setiap langkahnya. Penari selalu menyadari posisi dan titik berat tubuh agar tetap stabil, bahkan saat lumaksana (berjalan) ke depan, ke belakang, maupun saat srisig (bergeser) ke kanan, ke kiri.


Kelenturan

Peregangan tubuh sangat krusial bagi penari agar badan tetap lentur dan bisa bergerak lebih luwes, menyadari penuh kemampuan persendian tubuh saat melakukan gerakan yang membutuhkan kelenturan.


Ritme

Ritme adalah denyut jantung tari klasik Jawa karena setiap gerakan harus selaras dengan irama gamelan. Penari membiarkan musik memandu gerakan dan sinkronisasi di setiap langkah.




Ritual Menuju Tarian

Tak hanya latihannya yang membutuhkan fokus besar, menari di depan audiens juga memerlukan mindfulness dan awareness penari.


Tak hanya puja-puji dipanjatkan, penari putra maupun putri juga melakukan beberapa kebiasaan untuk memfokuskan diri, salah satunya adalah dengan melakukan perawatan tubuh tradisional ala putra-putri Keraton Jawa yang melibatkan banyak sekali wewangian.


Penari biasanya melakukan eksfoliasi kulit badan menggunakan lulur mangir sebelum menari. Lulur ini memiliki wangi khas yang menempel di badan penari hingga seharian karena mengandung kunyit, kencur, temu giring, dan cengkih. Wangi cengkih juga membantu mengangkat mood, meningkatkan fokus, dan menjernihkan pikiran.


Setelah membasuh lulur hingga bersih, beberapa penari suka menguapi seluruh tubuh dan rambut dengan cara sauna menggunakan ratus yang biasanya mengandung cengkeh, pala, kunyit, kayu manis, cendana, akar wangi, atau bunga-bungaan seperti melati dan geranium. Ritual ini membantu membersihkan kulit, meningkatkan relaksasi, dan menyegarkan badan.


Penari kemudian menata rambut, merias wajah, kemudian mengenakan kostum dan dodot (kain) yang sudah disiapkan. Untaian bunga melati, mawar, kenanga, dan cempaka biasanya juga merupakan bagian dari kostum penari. Untaian bunga ini bisa disematkan pada dodot, pada rambut, di leher, di pinggang, bahkan di keris.


Wangi yang semerbak karena “ritual” para penari inilah yang kemudian sering dikaitkan dengan hal-hal mistis padahal kisah di baliknya tidak semistis yang kita semua bayangkan.



Beksan, Aroma Berdasar Filosofi Tari Klasik Jawa

Filosofi di balik tari klasik Jawa ini menjadi inspirasi Rumah Atsiri untuk meracik wewangian khas, yang dinamai Beksan. Beksan dalam bahasa Jawa memiliki arti “tarian”. Atsiri Jawa memaknai Beksan sebagai perjalanan fisik dan spiritual melalui gerakan tari Jawa, yang berakar pada prinsip "Ambek Esa", yang diterjemahkan menjadi Ketuhanan dan Kesemestaan. Beksan menyimpan makna dan rahasia yang mendalam dari tradisi Jawa, menawarkan pengalaman transformatif yang menghubungkan pikiran, tubuh, dan jiwa.


Atsiri Jawa memaknai Beksan sebagai perjalanan fisik dan spiritual melalui gerakan tari Jawa, yang berakar pada prinsip "Ambek Esa", yang diterjemahkan menjadi Ketuhanan dan Kesemestaan.

Beksan Eau de Parfum adalah mahakarya olfaktori yang melampaui batas gender, yang membumi, dan menginspirasi; simfoni wangi bunga, jeruk, dan bumi yang mengingatkan pada keindahan klasik tari tradisional Jawa.


Beksan dibuka dengan aroma bergamot yang menari dalam pelukan hangat kapulaga, jahe, dan sentuhan pink peppercorn. Inilah pembukaan panggung untuk perjalanan sensorik menuju Mystical Revelations. Saat keharumannya meresap dengan lembut di kulit, semerbak buket mawar, geranium, melati, dan kenanga yang mewah muncul. Setiap nada selaras dengan nada berikutnya, menenun permadani keharuman yang melampaui batas konvensional gender. Sebagai base notes, Beksan mengungkapkan sifatnya yang membumi, memanfaatkan kearifan kayu cedar dan cendana yang tak lekang oleh waktu, kaya, dan bersahaja. Sementara olibanum dan vetiver mengeluarkan mantra aromatiknya, menambahkan sentuhan mistik dan daya pikat yang tak dapat ditolak mereka yang menciumnya.


Beksan adalah tentang kerendahan hati dan keanggunan, wewangian yang beresonansi mereka yang ingin membumi tetapi tetap bisa berekspresi tanpa terhalang kekangan gender. Auranya memikat dan anggun seperti para penari klasik Jawa.


41 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page